They are a force that is feared because of Their cruelty.And this is the complete information.
Waffen SS are very feared by civillian.Their job is too guard Adolf Hitler.They Have been Chosen by Hitler.Hitler Just want person who has Arya clan in his blood.he think so because he think the Arya Clan are the strongest people in the world.
The unit is made up of three parts of SS, namely:* Leibstandarte (Hitler's personal guard);
* SSVT (SS-Verfuegungstruppe, or special forces SS);
* And SSVT (SS-Totenkopfverbaende, SS concentration camp guard units).
During World War II, the Waffen-SS forces swelled to about 40 divisions. However, not all members of the Germans. When the number of victims is increasing, Waffen-SS foreign volunteers to accept the fight under his banner. Starting from the people of Western Europe are considered to be allied with the Germans (Scandinavia, Belgium, France, and Netherlands), an armed SS sequence is then flooded by volunteers Ukraine, Russia, Kosak, Baltic, Balkan Muslims, Soviet and India).
On the battlefield, Waffen-SS, especially the panzer divisions, highly respected by his opponents and friends. However, most other units, especially those from the Balkans and the Soviet Union volunteers mostly not reliable.
After the war, the unit is condemned by the Nuremberg Tribunal as a criminal organization. This is not only due to its association with concentration camps and killing units SS car but also because of the actions of cruelty against the civilian population and prisoners of war who made a number of combat units.
Ok . .just it the information I can give for you . . I hope this can be useful for you and Add insight for Us . . Thankyou . . .. . . ..
Bahasa Indonesia
Hai . . Di post kali ini saya akan menjelaskan tentang Waffen SS.Ya Waffen SS memang sangat terkenal kebengisanya.Mereka dipilih oleh Hitler melalui rasnya . Yaitu ras Arya yang Hitler pikir adalah ras terkuat di bumi.Mereka yang terpilih dipakai untuk melindungi Hitler.
Unit ini terbentuk dari tiga bagian SS, yaitu :- Leibstandarte (pasukan pengawal pribadi Hitler);
- SSVT (SS-Verfuegungstruppe, atau pasukan khusus SS);
- dan SSVT (SS-Totenkopfverbaende, unit penjaga kamp konsentrasi SS).
Selama Perang Dunia II, kekuatan Waffen-SS membengkak menjadi kira-kira 40 divisi. Akan tetapi tidak semuanya beranggotakan orang Jerman. Ketika jumlah korban semakin meningkat, Waffen-SS menerima para sukarelawan asing untuk bertempur di bawah panjinya. Dimulai dari orang-orang Eropa Barat yang dianggap berkerabat dengan orang Jerman (Skandinavia, Belgia, Perancis, dan Belanda), barisan bersenjata SS ini kemudian dibanjiri oleh para sukarelawan Ukraina, Rusia, Kosak, Baltik, kaum Mislim Balkan,Soviet serta India).
Di medan perang, Waffen-SS, terutama divisi-divisi panzernya, sangat disegani oleh lawan maupun kawan. Akan tetapi kebanyakan unit lainnya, terutama yang berasal dari sukarelawan Balkan dan Uni Soviet kebanyakan tidak terpercaya.
Setelah perang, unit ini dihukum oleh Pengadilan Nuremberg sebagai sebuah organisasi kriminal. Hal ini bukan hanya dikarenakan keterkaitannya dengan kamp-kamp konsentrasi dan unit-unit pembunuh mobil SS namun juga karena tindakan kekejaman terhadap penduduk sipil maupun tawanan perang yang dilakukan sejumlah unit tempurnya.
Mantan Waffen SS [Eks Pasukan Hitler] Banyak Yang di Rekrut Belanda Untuk Melawan TNI Pada Zaman Perang Kemerdekaan RI
Di antara tentara-tentara Belanda yang datang ke Indonesia dan memerangi para pejuang kemerdekaan negara ini, ternyata sebagian di antaranya adalah mantan veteran Waffen-SS yang notabene menjadi ‘pengkhianat’ negaranya sendiri dalam Perang Dunia II yang berlangsung hanya beberapa tahun sebelumnya! Kebanyakan para prajurit yang telah banyak makan asam garam pertempuran di Front Timur ini berasal dari Divisi Grenadier Sukarelawan SS ke-34 ‘Landstorm Nederland’ (34. SS-Freiwilligen-Grenadier-Division Landstorm Nederland).
Fakta mengejutkan ini diungkapkan oleh mantan perwira intelijen Belanda Brine van Houten, yang berkata bahwa pemerintah Belanda terpaksa mengambil kebijakan ‘tidak populer’ tersebut karena memang saat itu sumber daya manusia yang siap dalam segi milter sangat terbatas disebabkan banyaknya yang telah tewas dalam perang, masih dalam penjara atau memang sudah tidak mau lagi mengurusi mesiu. Dikatakannya bahwa sebanyak 548 orang mantan Waffen-SS telah bertugas di Indonesia selama berlangsungnya Perang Kemerdekaan (1945-1949). Sebagian dari mereka bergabung sebagai bawahannya Raymond Westerling dan terlibat dalam pembantaian-pembantaian brutal yang dilakukannya terhadap rakyat sipil selama bertugas di Sulawesi. Sampai kematiannya, manusia durjana ini tidak pernah tersentuh oleh tangan hukum!
Sebenarnya, keterlibatan veteran Waffen-SS ini telah dipublikasikan untuk pertama kalinya oleh C. Van Esterik dalam artikelnya di NRC Handelsblad yang terbit pada tahun 1984. salah satu kutipannya berbunyi : “Salah satu perputaran sejarah yang menjadi ironi, ketika sebagian tentara yang bertugas di Indonesia demi membela tanah air mereka, hanya beberapa waktu sebelumnya ikut pula memerangi tanah tumpah darah mereka sendiri demi membela Adolf Hitler!” Seorang mantan perwira KNIL berkata bahwa tentara mantan sukarelawan Nazi itu dipercaya lebih berdisiplin dan tangguh dibandingkan dengan tentara Belanda biasa.
“Saya bertugas sebagai seorang perwira KNIL dari Brigade Infanteri Pertama di bawah Kolonel Thomson yang menjadi bagian dari Divisi ke-7 dan ikut dalam aksi-aksi ‘polisionil’ di Hindia. Bisa dibilang, prajurit-prajurit KNIL seperti kami adalah pasukan yang masih hijau dan belum pernah bertempur di Hindia sebelumnya. Karena itulah kami membutuhkan bantuan dari pasukan-pasukan mantan SS agar dapat menolong kami dalam menjelajahi alam Hindia yang masih asing.”
Sodara-sodara, keterangan selanjutnya dari si perwira KNIL ini benar-benar mengejutkan saya, karena dia bercerita bahwa dia pernah bertempur di Sukabumi (my beloved homeland), tepatnya di Cibadak! Kemungkinan besar peristiwa inilah yang kemudian terkenal sebagai Pertempuran Bojong Kokosan. Bayangkan, ada SS di Sukabumi! Mau makan mochi, Meneer? Inilah kutipannya :
“Dalam suatu aksi pertempuran, pasukan kami diturunkan ke Sukabumi di dekat Tjibadak dan mendapat perlawanan seru dari para ‘pemberontak’ (saya kutipkan seadanya apa yang dia katakan, termasuk yang menyakitkan hati sekalipun!). kami sendiri berada di bawah komando Baron Taets van Amerongen.”
“Suatu hari saya melihat salah seorang prajurit dari kompi kami yang sedang berolahraga pagi dengan hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Saya terkejut begitu melihat bahwa di bawah ketiaknya terdapat bekas jahitan luka yang sangat kasar seakan-akan dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam keadaan terburu-buru. Jahitannya jarang-jarang, dan menimbulkan kesan mengerikan pada siapapun yang melihatnya.”
“Saya lalu bertanya pada si prajurit tersebut akan ‘luka’ yang dideritanya. Saya terkejut begitu tahu bahwa itu bukanlah luka yang didapatnya dari peperangan, melainkan akibat dari pengelupasan kulit secara sengaja dengan menggunakan pisau tajam! Tentu saja saya bertanya apa alasannya? Dia berkata bahwa dalam lapisan kulit tersebut telah tertera sebuah tato yang dia tidak ingin orang lain ada yang mengetahui atau melihatnya. Tato apakah itu? Tato yang sama yang disematkan pada setiap anggota Waffen-SS, yang menunjukkan dari mana dia berasal.”
“Saya tertegun. Saat itu hal tersebut adalah sesuatu yang benar-benar baru bagi saya, orang awam yang tidak mengerti politik. Yang saya tahu, orang-orang ini (warga negara Belanda yang menjadi sukarelawan Nazi) adalah orang-orang ‘hina’ yang telah memerangi kawan sebangsanya demi memenuhi keinginan bangsa asing, dan kini mereka berada dalam satu kesatuan dengan saya!”
Setiap anggota dari Waffen-SS memang berbeda dengan kesatuan Jerman lainnya dalam hal masing-masing mereka mendapat ‘cenderamata’ tato yang diletakkan di bawah ketiak, tato yang menerangkan golongan darah mereka. Gunanya adalah dalam waktu pertempuran dan mereka terluka, maka akan mudahlah bagi tim medis untuk memberikan transfusi darah yang diperlukan dengan hanya menyingkapkan ketiaknya dan mendapati golongan darah si prajurit tersebut tertera disana.
“Ketika saya tanyakan bagaimana dengan teman-teman dia lainnya yang juga merupakan veteran Waffen-SS yang direkrut ulang oleh Belanda, dia menjawab bahwa dia tidak tahu mengenai hal itu, karena mereka dipisah-pisahkan dalam unit lain. Ada yang tetap bertugas di Belanda, dan ada juga yang dikirim ke Indonesia.”
“Saya adalah keturunan Yahudi Belanda dan beberapa anggota keluarga saya telah ‘musnah’ di kamp konsentrasi Jerman. Kini saya memerangi orang Indonesia dengan dibantu oleh tentara-tentara yang pernah mengabdi pada Hitler! Apapun alasannya, saya tetap tidak bisa menerimanya. Saya langsung melaporkan hal tersebut ke atasan saya, Taets van Amerongen.”
“Ketika saya menceritakan kepadanya apa yang saya ketahui, tak disangka dia langsung begitu marahnya. ‘Kau tak punya hak apapun dalam hal ini!’ semprotnya, dan dia langsung menutup pintu. Aku tak menyerah, dan tetap melaporkan hal yang sama pada seorang sersan dari kesatuan Polisi Militer yang kebetulan lewat. Dia sama terkejutnya denganku, dan berjanji akan menceritakan hal ini pada staffnya yang berada di Buitenzorg (Bogor). Sekitar dua minggu kemudian datanglah seorang kapten dari Polisi Militer dan menyuruhku menghadap.”
“Dia berkata bahwa dia telah menyelidiki apa-apa yang telah kukatakan sebelumnya kepada si Sersan, dan mendapati bahwa hal itu adalah benar adanya. ‘Tapi kita tidak dapat melakukan apa-apa dalam soal ini,’ katanya. Karena semuanya telah diatur oleh pemerintahan Belanda di Den haag dan merupakan kebijakan resmi yang sengaja ditutup-tutupi demi menjaga jangan sampai ada gejolak dalam masyarakat.”
Dari artikel Esterik juga disampaikan sebuah memoranda dari sumber anonim :
“Pengambil keputusan tidak populer ini beralasan bahwa sesungguhnya kemampuan para mantan Waffen-SS ini akan lebih berguna bila diberdayakan kembali daripada menumpulkannya dengan cara memasukkan mereka ke dalam tahanan sampai berkarat. Ketika ditawari pilihan tersebut, kebanyakan para mantan Waffen-SS ini pun bersedia untuk mendarmabaktikan kemampuannya yang berharga demi tanah air Belanda tercinta. Mereka beralibi bahwa mereka masih tetap mencintai negaranya, dan tindakannya di masa lalu yang membela musuh negaranya semata karena kecintaan mereka pada agama kristen yang membuat mereka memerangi komunis Rusia. Cara satu-satunya adalah dengan bergabung dengan SS Nazi. Inilah saat yang tepat untuk merehabilitasi mereka dan memberi kesempatan untuk menebus kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan. Cukup berikan senjata, latih secukupnya selama beberapa minggu dalam penggunaan senjata-senjata bekas Sekutu, dan kirimkan mereka untuk bertempur di Hindia Belanda. Perekrutan dilakukan secara sukarela, dan kita boleh berharap antara 15.000 sampai dengan 30.000 para prajurit terlatih dan berpengalaman dari SS ini yang mendaftar untuk bergabung dengan tujuan kita. Sebagian besar dari mereka akan berperan sebagai pasukan pelopor/serbu, sesuai dengan fungsi mereka di masa lalu.”
Dari ‘nada suara’ memoranda tersebut, bisa terlihat bahwa yang menulisnya adalah orang dalam sendiri yang tahu persis mengenai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda, atau bahkan mungkin yang menjadi pencetusnya. Seorang mantan perwira intelijen Brine Wood malah yakin bahwa pihak yang berinisiatif untuk memakai jasa para mantan pasukan sukarelawan SS untuk bertempur di Indonesia adalah Gereja Katolik Roma! Kenyataannya tak akan pernah kita ketahui (setidaknya sampai saat ini), karena pengarang memoranda tersebut tetap meminta namanya untuk disamarkan.
Dalam artikelnya yang menggemparkan tersebut, Esterik menyimpulkan, yang diambil dari hasil observasinya selama ini :
“Tak ada satupun dari dokumen-dokumen yang kini telah menjadi arsip negara ini yang menyebutkan siapa penggagas kebijakan untuk menggunakan jasa militer para mantan Waffen-SS, bahkan tak secuilpun indikasi yang mengarah kesana. Yang jelas, siapapun pencetusnya maka dia pastilah orang yang mempunyai kuasa yang cukup besar sehingga mampu meloloskan kebijakan rehabilitasi para tahanan politik kontroversial ini dengan diam-diam setelah sebelumnya mendapat persetujuan dari Angkatan Bersenjata Belanda. Hanya sebatas inilah yang saya ketahui, sedangkan siapa dia, kapan dikeluarkannya, dalam level apa kebijakan ini keluar, masih berada dalam kabut gelap yang tak satupun yang mengetahuinya, atau diizinkan untuk mengetahuinya.”
Sampai hari ini, salah satu lembaran hitam sejarah Belanda ini masih tertutup selimut misteri yang tak terungkap…
Orang Indonesia Dalam Tubuh Waffen-SS!
Dari
wajahnya kita bisa menduga bahwa anggota Landstorm Nederland yang
tertangkap oleh Sekutu musim panas tahun 1945 merupakan keturunan indo
Belanda. Apakah Indonesia?
Percayakah anda bahwa foto orang di atas adalah orang Indonesia? Ya, orang Indonesia yang menjadi prajurit Waffen-SS!
Foto
ini berasal dari Mark Bando, peneliti sejarah Amerika yang khusus
meneliti unit-unit pasukan Parasut Amerika. Dalam salah satu
penelitiannya tentang Divisi Airborne ke-101, dia bertemu dengan Wilson
Boback, salah seorang veteran yang ikut bertempur di Belanda dalam
Operasi Market Garden bulan September 1944. Unit Boback berhadapan
dengan bagian dari pasukan Landstorm Nederland (simpatisan Jerman di
Belanda) dan Boback berhasil membunuh salah satunya. Dia kemudian
menggeledah mayat si prajurit, dan menemukan sebuah foto yang
jelas-jelas merupakan orang Indonesia (saat itu masih bernama
Hindia-Belanda) yang sedang memakai seragam Legion Nederland (kerah
wolf's hook plus perisai dan cufftitle buatan Belanda), bersama dengan
helm khas Jerman berkilauan lengkap dengan lambang LN.
Hal
ini memperlihatkan bahwa setidaknya ada satu orang Indonesia yang
pernah menjadi tentara Waffen-SS, dan kemungkinan besar dia tidaklah
sendiri!
Bagaimana apakah info ini menjadi hal baru bagi anda.Saya juga tidak pernah menyangka bahwa ada orang Indonesia yang menjadi Anggota Waffen SS. Ok . .cukup ini dulu yang bisa saya berikan kepada anda semua. Semoga dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita terhadap Dunia . TERIMA KASIH . .. . . .... . .. ... .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar