Hai . . Di post kali ini saya akan memberi tahu anda tentang bahaya dari pengharum ruangan . . Saya yakin bahwa di rumah anda pasti ada pengharum ruangan . . Untuk itu saya akan memberitahukan anda tetang bahayanya . . Baiklah langsung saja
ak semua pengharum ruangan ternyata aman bagi kesehatan. Ada yang bisa
membuat pusing, mual, hingga muntah. Bahkan pewangi tertentu bisa
mengganggu pertumbuhan janin! Pemakaian
produk apa pun yang merupakan zat-zat kimia, bila berlebihan atau
berkontak langsung melalui sistem pernapasan, akan menimbulkan gangguan
pada fungsi sistem saraf. Demikian dikemukakan Dr. rer. Nat. Budiawan
dari Puska RKL (Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan).
Contohnya, pingsan dan gangguan sistem pernapasan. Begitu juga jika kontak dengan kulit.
Bahan pewangi organik dapat dengan mudah terserap melalui kulit dan
menyebabkan efek pada kulit seperti iritasi dan dermatitis. Meskipun
komponen zat kimia aktif yang dikandung tiap pewangi berbeda-beda.
Itulah mengapa efek bahayanya bisa berbeda-beda tergantung pada
komposisi dan bahan aktif aromanya.Di pasaran ada berbagai jenis
pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang diperuntukkan untuk
toilet dan lemari), ada yang cair, gel dan ada juga yang semprot.
Sementara penggunaannya, ada yang digantungkan, ada yang diletakkan
begitu saja, atau ditempatkan di bibir AC maupun kipas angin.
Menurut
Budiawan, bahaya pewangi umumnya tergantung pada jenis/bentuknya maupun
pewangi dan komponen-komponen kimia aktif yang terkandung di dalamnya,
disamping faktor pengaruh lain, seperti jalur paparannya. Dari segi
bentuk, sediaan yang mudah menguap (aerosol) lebih berisiko bagi tubuh,
terutama jika terjadi kontak langsung melalui sistem pernapasan. Namun
demikian kontak yang terjadi melalui kulit pun bukan tak berisiko
mengingat zat pewangi akan begitu mudah memasuki tubuh.
Asal
tahu saja, di pasaran ada 2 jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar
air dan berbahan dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya
memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif singkat (sekitar 3-5 jam).
Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi
kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak. Memang, pewangi
berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih
mahal. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan
pelarut/cairan pembawa, di antaranya isoparafin, diethyl phtalate atau
campurannya.
Sementara jenis pewangi yang disemprotkan umumnya
mengandung isobutane, n-butane, propane atau campurannya. Untuk bentuk
gel disertai kandungan bahan gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini
umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti limonene, benzyl acetate,
linalool, citronellol, ocimene, dan sebagainya.
Menurut Budi,
bagi prinsipnya semua zat pewangi tersebut berisiko terhadap kesehatan.
Terutama pada mereka yang berada pada kondisi rentan, seperti ibu hamil,
bayi, dan anak, ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat
pewangi. Sayangnya, baru sekitar 80% zat pewangi belum teruji
keamanannya terhadap manusia. Di sinilah kewaspadaan konsumen
betul-betul dituntut. Ada pun pewangi yang sudah dilarang The
International Fragrance Association (IFRA) di antaranya pewangi yang
mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7-methyl coumarin.
Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet
yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde dan
methylchloroisothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi memberi efek
negatif bagi kesehatan. Artinya, kita masih bisa menggunakan pewangi
yang beredar di pasaran.
Hindari Sinar Matahari
Secara
kasat mata mungkin sulit untuk mengetahui mana pewangi yang aman dan
mana yang berbahaya. Sebagai tindak pencegahannya, konsumen harus cerdik
memilih pewangi dengan merek terdaftar/teregistrasi. Dengan demikian
keamanannya minimal cukup terjamin di bawah lembaga pengawas/pemberi
izin. Tentu saja demi keamanan konsumen, badan pengawas harus
benar-benar mengontrol peredaran pewangi ini. Terlebih terhadap pewangi
dengan kandungan zat-zat tertentu yang memang diketahui berisiko bagi
kesehatan. Mengapa hal ini perlu ditekankan? Tak lain, tegas Budi, pihak
produsen kerap tidak mau mencantumkan pada kemasan mengenai komposisi
bahan-bahan dalam pewangi yang diproduksinya.
Padahal semestinya
produsen pewangi menyadari pentingnya keamanan bagi konsumen. Produsen
yang seperti ini tentu akan menggunakan zat-zat yang benar-benar sesuai
dengan mengikuti aturan lembaga pengawas dan perizinan terkait, dalam
hal ini BPOM/Depkes. Atau sekurang-kurangnya mengikuti apa yang
ditetapkan lembaga Internasional IFRA. Dengan begitu, pewangi yang
mereka produksi dan edarkan pastilah memiliki kompetensi terhadap zat
pewangi yang diizinkan.
Untuk konsumen awam, Budi menganjurkan
agar senantiasa cermat membaca label atau registrasi produk. Selain itu,
gunakan pewangi seperlunya saja sesuai kebutuhan. Menggunakannya pun
jangan berlebihan sambil selalu mengedepankan kehati-hatian dalam
memilih produk. Jangan lupa untuk menyimpannya jauh dari jangkauan
anak-anak, terutama balita. Yang tak kalah penting untuk diperhatikan,
hindari produk pewangi dari kontak langsung dengan sinar matahari guna
mencegah terjadinya perubahan kimiawi. Itulah mengapa hindari area yang
langsung terpapar sinar matahari sebagai tempat penyimpanan pengharum.
Ganggu Pertumbuhan Janin
Pewangi
dapat saja memicu gangguan pernapasan ataupun asma, sakit kepala hingga
kemungkinan gangguan pertumbuhan janin pada ibu hamil. Tapi hal ini
akan terjadi jika memakai zat pewangi yang sudah dilarang penggunaannya
sebagaimana yang direkomendasikan.
Hindari Pemakaian Kamper dari Kebutuhan Bayi
Menurut
Budi, berdasarkan hasil studi terdahulu (WHO), jika zat kamper
(naftalen) kontak langsung pada bayi secara perkutan (penyerapan melalui
kulit) dan paparannya sering serta berlebihan dalam penggunaaannya,
dapat menyebabkan peningkatan kadar billirubin dalam darah yang dapat
mengganggu sistem saraf pusat.
Lebih Aman "si Penyerap"
Sebenarnya,
tegas Budiawan, asalkan komponen zatnya sesuai fungsinya, maka antibau
sebenarnya sudah memadai untuk dimanfaatkan. Antibau ini biasa kita
lantaran kemampuannya menyerap bau dan kelembapan udara di kamar, mobil,
maupun kulkas. Pada prinsipnya, zat antibau bekerja dengan cara
menyerap zat-zat penyebab bau dan kandungan air di dalam udara.
Kandungan zat antibau ini biasanya berupa karbon aktif, silika gel atau
bahan sejenis polimer dan kadang ditambahkan pula zat pewangi. Itulah
sebabnya, dilihat dari segi keamanannya, produk jenis ini lebih aman
daripada pengharum/pewangi.
"Produk ini mekanisme kerjanya hanya
menyerap. Sedangkan pewangi mekanisme kerja zatnya melepaskan zat
pewangi." Hanya saja agar penggunaannya efektif, perhatikan benar masa
pakainya. Soalnya, zat antibau bekerja berdasarkan penyerapan dan
memiliki kapasitas terbatas. Artinya, bisa mencapai tingkat kejenuhan.
Beberapa produk memberi indikator khusus tanda sudah jenuh. Misalnya
ada perubahan warna dari warna asalnya atau menunjukkan indikasi
lainnya. Jika sudah jenuh mau tidak mau harus diganti. Meski tidak
tertutup kemungkinan ada beberapa produk zat penyerap yang tetap masih
bisa digunakan sekalipun sudah jenuh. Caranya? Lebih dulu dengan
mengaktifkannya kembali lewat pemanasan oven dengan suhu mencapai
sekitar 105 derajat Celcius hingga kembali ke keadaan semula.
Nah ini adalah info yang bisa saya berikan untuk anda . . Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasn kita . . TERIMA KASIH . . . . .. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar